Sebagai pengingat, pada kuartal I-2025, BNI berhasil membukukan pertumbuhan kredit 10,1% year on year (yoy) dengan total penyaluran kredit sebesar Rp 765,47 triliun. Angka ini turut didorong oleh didorong oleh kredit korporasi yang tumbuh 16% yoy menjadi Rp 433,4 triliun.
Selain itu, kredit konsumer BNI juga tumbuh 13% yoy menjadi Rp 144,9 triliun dan menjadi kontributor kredit terbesar bagi BNI pada kuartal I-2025, setelah kredit korporasi. Pertumbuhan tertinggi pada segmen kredit konsumer ini berasal dari personal loan yang meningkat 13,7% dan kredit pemilikan rumah (KPR) yang bertumbuh 12,5% secara tahunan.
Nafan menyebut, potensi BNI untuk mengangkat kinerja kredit konsumer selepas kuartal pertama cukup terbuka, apalagi suku bunga acuan telah dipangkas. Salah satu strategi yang bisa dimanfaatkan BNI adalah menawarkan paket kredit yang menarik bagi para nasabah. Tawaran kredit ini bisa mencakup kredit KPR, kredit pemilikan apartemen (KPA), kredit kendaraan bermotor, kredit pendidikan, kredit liburan, dan lain-lain.
Dia juga menambahkan, apabila pertumbuhan positif kredit BNI berlanjut, maka hal itu akan berdampak baik bagi kinerja keuangan emiten tersebut pada sisa tahun 2025, terutama dari sisi pertumbuhan profit margin.
"Jadi nanti ada potensi peningkatan profit margin dari BNI itu sendiri untuk ke depannya. Ya di situlah kalau bisa double digit, berarti memang secara kinerja kuartal satu saja sudah double digit. Jadi memang kalau double digit, berarti otomatis diharapkan harus mengalami peningkatan secara progresif," jelas Nafan.
Nafan merekomendasikan accumulative buy saham BBNI dengan target harga di kisaran level Rp 4.440 per saham sampai Rp 5.500 per saham.
0 Komentar