Oleh sebab itu, menurut Andre seharusnya tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan mengenai standar yang ada di IRMA. Terlebih proses penilaian di yang dilakukan tidak sekali penilaian kemudian selesai.
"Proses auditnya adalah audit yang berjenjang, karena kami percaya improvement itu adalah proses, this is a long game. Ini lari maraton kalau untuk memperbaiki industri mineral kritis di Indonesia itu, itu lari maraton, dia bukan sprint. Jadi kami tahu ada waktu dan proses yang harus ditempuh oleh perusahaan," katanya.
Adapun manfaat dari Audit IRMA setidaknya ada tiga hal. Pertama peningkatan reputasi pasar (market reputation). "Reputasi penerimaan pasar itu kemudian akan jadi lebih besar. Itu poin utama yang menurut saya jadi kunci buat banyak perusahaan," kata Andre.
Kedua, peningkatan penerimaan dari masyarakat sipil, terutama dari kalangan LSM lingkungan, kelompok buruh, dan masyarakat terdampak. Terutama apabila perusahaan membuka diri terhadap audit standar yang dianggap paling robust.
Ketiga, dorongan terhadap perbaikan tata kelola perusahaan tambang. Dengan mengikuti audit IRMA, perusahaan dinilai menunjukkan komitmen terhadap praktik tata kelola yang lebih transparan dan bertanggung jawab.
Sebagai informasi, IRMA sedang melakukan audit untuk 101 perusahaan pertambangan di 36 negara. Nah, dua perusahaan diantaranya adalah perusahaan tambang nikel asal Indonesia, yakni PT Vale Indonesia dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel.
Untuk PT Vale Indonesia, audit difokuskan pada lokasi tambang nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan. Sementara itu, untuk Harita Nickel audit difokuskan di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Adapun, Harita sendiri berkomitmen untuk diaudit oleh IRMA sejak tahun 2024.
0 Komentar